Selasa, 07 April 2009

Hukum Seputar Haid dan Nifas

Yang dimaksud dengan haid yaitu darah yang mengalir dari rahim perempuan yang telah sampai umur (baligh) atau pada waktu ia sehat dan sudah menjadi kebiasaan perempuan. Sedangkan nifas adalah darah yang keluar dari rahim perempuan setelah melahirkan, walaupun itu berupa keguguran. Bila darah yang keluar karena sakit waktu melahirkan, semuanya bukan darah nifas tetapi darah haid kalau memenuhi syarat haid.

Menurut para 'Ulama, waktunya keluar darah haid biasanya pada saat umur 9 tahun. Jadi, jika wanita yang melihat darah itu keluar sebelum usia sembilan tahun maka tidaklah dikatakan sebagai darah haid, hanya darah penyakit.

Adapun sifat dan warna darah haid : hitam, merah, kuning, keruh. Tetapi yang berwarna keruh atau kuning dikatakan haid hanyalah bila datangnya pada hari haid. Jika waktunya pada saat lain maka tidaklah dianggap haid. Berdasarkan haidts Ummu Athiyah ra. berkata :

كُنَّا لاَ نَعُدُّ الصُّغْرَةَ وَالْكُدْرَةَ بَعْدَ الطُّهْرِ شَيْئًا

Yang berwarna kuning atau kental tidaklah kami anggap haid setelah suci” (HR. Abu Daud dan Bukhari, yang tidak menyebutkan setelah suci).

Para 'Ulama berselisih pendapat tentang lamanya haid. Ada yang mengatakan : sekurangnya sehari semalam. Ada pula yang mengatakan tiga hari. Dan mengenai batas maksimum berpendapat sepuluh hari dan ada pula yang mengatakan lima belas hari. Jadi, apabila mengeluarkan darah tidak sampai 24 jam atau sehari semalam, maka jelas itu bukan darah haid tetapi darah istikhadhoh. Demikian juga apabila mengeluarkan darah lebih dari lima belas hari, darah itu juga darah istikhadhoh.

Setelah darah haid tidak keluar lagi atau sudah lebih dari lima belas hari, hendaklahl bersuci atau mandi wajib agar ia dapat menjalankan sholat dan bercampur dengan suaminya. Dengan mandi, badannya pun menjadi segar dan sehat kembali. Sabda Rasulullah saw :

قَالَ رَسُوْلُ الله ص.م لِفَطِمَةَ بِنْتِ أَبىِ حُبَيْشَ إِذَا اَقْبَلَتِ الْحَيْضَةُ فَدَعِى الصَّلاَةَ وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْتَسِلِىْ (رواه البخارى)

Beliau berkata kepada Fathimah binti Abi Hubaisy, “Apabila datang haid itu, hendaklah engkau tinggalkan shalat dan apabila habis haid itu, hendaklah kau mandi dan shalat” (HR. Bukhari)

Rambut dan kuku yang terlepas dari badan kita selama masa haid dan nifas, maka ketika bersuci rambut dan kuku tersebut wajib ikut disucikan. Apabila tidak ikut disucikan, kelak di akhirat keduanya akan meminta pertanggungjawaban dan menjadi percikan api neraka bagi kita.

Semoga Bremanfaat bagi para pembaca yang budiman. (Inung/XI.2, Sofi/X.1) Penulis adalah Pelajar MA Asy-Syafi'iyyah-Syafi’iyyah Jatibarang Brebes & aktif di kelompok diskusi remaja DICA CLUB’s.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar