Selasa, 07 April 2009

Rokok bagi remaja, gaya atau bahaya ?

Oleh : Qiqih, Reny, Dyan (Penulis adalah Pelajar MA Asy-Syafi'iyyah Jatibarang Brebes & aktif di kelompok diskusi remaja DICA CLUB’s).
Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan (+ 13-18 tahun). Seorang remaja biasanya cenderung mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupn melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orang tuanya. Salah satu pola hidup yang dilakukan adalah kebiasaan merokok. Untuk itu, perlu dipahami apakah kebiasaan merokok itu merupakan gaya atauka justru membahayakan bagi kita?
Sekarang ini banyak iklan yang menggambarkan bahwa rokok, khususnya bagi kaum pria melambangkan “kejantanan dan sportivitas”. Dalam usahanya memperluas pasar bagi produknya, perusahaan rokok menjadikan remaja sebagai target utama mereka. Mengingat kebiasaaan merokok beresiko tinggi seseorang untuk terkena kanker paru-paru, serangan jantung, stroke, kanker mulut dan tenggorokan, dan sebagainya.
Dalam batang rokok mengandung mutagen dan kasinogen,
merokok juga memiliki dampak buruk terhadap kesehatan reproduksi pria. Selain mengurangi mutu sel sperma dan menurunkan kemampuannya untuk membuahi sel telur, disamping itu merokok juga dapat merusak organ reproduksi pria seperti testis dan merusak spermatogenesis.
Selain berbahaya bagi perokok, asap rokok juga berbahaya bagi orang yang berada di sekitarnya (perokok pasif). Perokok pasif mempunyai resiko yang sama dengan perokok aktif. Kalau sudah tahu bahayanya, mengapa kita masih sulit untuk berhenti merokok? Padahal, nikotin yang terkandung pada rokok merupakan salah satu zat adiktif yang dapat menyebabkan kecanduan.
Mengatasi “Peer Pressure (tekanan teman sebaya)”
Namanya remaja, tentu tidak mudah lepas dari peer pressure atau tekanan teman sebaya (se-umuran.red). Kebanyakan remaja memulai kebiasaan merokok karena ikut-ikutan teman, disamping karena terpengaruh image yang diciptakan oleh produsen rokok (misal : dengan menggunakan idola remaja sebagai bintang iklannya) atau orang tuanya juga perokok (orang yang merokok.red).
Berkata “Tidak…!!!” pada ajakan untuk merokok memang bukan hal yang mudah, apalagi kalau sebagian besar dari teman kita adalah perokok. Akan tetapi, dengan berpifikir bahwa sekali merokok, kemungkinan besar kita akan menjadi perokok untuk seterusnya, yang berarti pula kita akan menanggung resiko seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pasti kita bisa lebih “tabah” dan tetap berkata “tidak!!!”.
Selain itu, gambaran bahwa merokok menunjukan pribadi yang “cool” atau “keren” juga sudah saatnya direvisi. Gimana mau keren, kalau ternyata rokok bikin nafas dan baju yang kita pakai berbau tidak sedap, yang berakibat dijauhi oleh lawan jenis yang sedang kita taksir??? Rokok juga bikin gigi dan ujung jari berwarna kekuning-kuningan. Hal ini tentunya akan menghancurkan penampilan kita karena membuat senyum jadi
tidak cemerlang. Selain itu, yang sudah pasti, merokok juga bikin bokek (kantong kempes.red) mendingan uang jajan kita dipakai untuk yang lain yang jauh lebih bermanfaat (menabung, beli buku, dll) atau boleh juga sesekali untuk traktir teman-teman kita “mbakso” dari pada untuk membeli rokok yang berarti akan dibakar begitu saja kan?
Sekarang semuanya terserah kepada kita. Kalau kita tidak mau menjadi korban, sudah saatnya bagi kita untuk berkata “Tidak…!!!” kepada rokok. Bagi yang sudah kecanduan, sudah saatnya kita mulai mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi tiap harinya, dan begitu
seterusnya sampai berhenti total. Kemudian bagi perokok pemula, belum terlambat kok untuk menghentikannya. Serta bagi yang belum, “gak usah coba-coba dech…” masih banyak kegiatan positif lain yang dapat kita lakukan dari pada untuk merokok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar